Sabtu, 16 Mei 2015

Mengenal Risiko Cedera Saat Anak Bermain Sepakbola


Melatih anak bermain sepakbola
Membiasakan anak terlibat dalam kegiatan olahraga sangatlah baik. Salah satu olahraga yang membuat seorang anak bisa terpicu sportifitasnya adalah bermain sepakbola. Melatih anak bermain sepakbola, bukan hanya membuat mereka mencintai olahraga ini, tetapi juga membuat mereka sportif dan sehat. Terlebih jika tanda-tanda menyukai sepakbola telah ada pada diri Anak Anda, Anda hanya perlu mengasahnya saja.
Sepakbola menjadi salah satu pilihan untuk olah raga yang bisa dimasukan dalam daftar aktivitas anak Anda. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari sepakbola, dan tentu saja agar Anak menguasai dengan baik, Anda perlu menamani anak bermain sepakbola pada awalnya.
Salah satu manfaat untuk Anda menamani anak bermain sepakbola pada awal-awal pengenalan olahraga ini adalah untuk menghindari beberapa faktor risiko penyebab cedera. Ada beberapa risiko cedara ketika bermain sepakbola, yang sering dialami anak-anak maupun orang dewasa, seperti cedera pegelangan kaki dan lutut, nyeri tumit, cedera kepala, cedera mulut, gigi dan wajah, serta cedera mata.
Cedera pergelangan kaki dan lutut mungkin akan menjadi cedera yang paling sering terjadi pada anak-anak pada awal mereka bermain sepakbola. Cedera ini bisa berdampak jangka panjang jika tidak diatasi dengan benar. Selain cedera tumit dan lutut, anak-anak juga cenderung bisa mengalami masalah peregangan betis. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan menggunakan kompres es atau penggunaan obat antiradang.
Pada beberapa situasi, cedera kepala juga bisa terjadi, khusunya ketika kepala anak beradu dengan anak yang lainnya, baik dengan kepala, siku atau tangan. Jika benturan yang terjadi keras, maka akan lebih  baik untuk menghentikan anak bermain sepakbola sementara untuk melihat kondisi anak. Beberapa kondisi bisa menjadi pertanda bahwa benturan tersebut mempengaruhi otak anak, seperti hilang kesadaran, kejang atau anak menjadi bingung.
Dengan sejumlah cedera yang mungkin terjadi, American Academy of Pediatrics merekomendasikan sejumlah hal berikut ini ketika Anak bermain sepakbola:
1. Gunakan perlengkapan sepakbola yang sesuai, seperti bermain bola dengan sepatu khusus untuk sepakbola.
2. Sejak awal, tekankan kepada pemain sepakbola untuk  bermain dengan fair dan tidak kasar.
3. Memperhatikan kondisi cuaca dan lapangan saat Anak bermain sepakbola. Cuaca yang tidak bersahabat akan menyebabkan anak mudah sakit setelah berolahraga, dan lapangan yang tidak rata rentang menyebabkan anak terjatuh.
4. Melatih anak tentang teknik heading dengan baik, untuk mengurangi risiko cedera kepala.
5. Ada baiknya jika minat Anak Anda sangat tinggi pada sepakbola, Anda benar-benar memasukkan mereka ke sekolah bola, agar mereka dapat mempelajari teknik bermain sepakbola yang bar dan aman untuk mereka.

sumber : manjur.net
Ingatkah anda pada kasus kematian artis muda setelah berolahraga futsal yang terjadi pada tahun kemarin ini? Sebuah penelitian kecil dari sekolah kedokteran Indiana University di Indianapolis menganalisa tiga kasus stroke pada pemain sepakbola remaja dan mencari kemungkinan faktor resiko nya. Studi ini menemukan bahwa faktor-faktor tersebut antara lain meningkatnya hiperventilasi (pernafasan yang sangat cepat), cedera otak berulang, penggunaan steroid anabolik, minum minuman berenergi yang mengandung kafein tinggi, dan obesitas. Menurut Dr. Jared Brosch dan Dr. Meredith Golomb, obesitas bisa dikatakan merupakan resiko dua kali lipat, karena meningkatkan resiko untuk bertabrakan dengan pemain lain dan juga meningkatkan resiko untuk mempunyai faktor resiko stroke lainnya, yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi. Populasi anak-anak di Amerika Serikat yang gemar bermain sepak bola kebanyakan dimulai sejak usia 5 tahun. Hal ini berpotensial untuk terjadi cedera otak berulang selama puluh tahunan. Ditambah lagi populasi anak-anak yang gemar bermain sepak bola cenderung mengalami peningkatan indeks masa tubuh. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dampak dari trauma besar berulang terhadap sistem saraf pusat anak-anak yang belum berkembang sempurna. Sumber: MedicineNet

Jawaban TanyaDok.com di : http://www.tanyadok.com/berita/bermain-sepakbola-dapat-meningkatkan-resiko-stroke-pada-remaja
Ingatkah anda pada kasus kematian artis muda setelah berolahraga futsal yang terjadi pada tahun kemarin ini? Sebuah penelitian kecil dari sekolah kedokteran Indiana University di Indianapolis menganalisa tiga kasus stroke pada pemain sepakbola remaja dan mencari kemungkinan faktor resiko nya. Studi ini menemukan bahwa faktor-faktor tersebut antara lain meningkatnya hiperventilasi (pernafasan yang sangat cepat), cedera otak berulang, penggunaan steroid anabolik, minum minuman berenergi yang mengandung kafein tinggi, dan obesitas. Menurut Dr. Jared Brosch dan Dr. Meredith Golomb, obesitas bisa dikatakan merupakan resiko dua kali lipat, karena meningkatkan resiko untuk bertabrakan dengan pemain lain dan juga meningkatkan resiko untuk mempunyai faktor resiko stroke lainnya, yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi. Populasi anak-anak di Amerika Serikat yang gemar bermain sepak bola kebanyakan dimulai sejak usia 5 tahun. Hal ini berpotensial untuk terjadi cedera otak berulang selama puluh tahunan. Ditambah lagi populasi anak-anak yang gemar bermain sepak bola cenderung mengalami peningkatan indeks masa tubuh. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dampak dari trauma besar berulang terhadap sistem saraf pusat anak-anak yang belum berkembang sempurna. Sumber: MedicineNet

Jawaban TanyaDok.com di : http://www.tanyadok.com/berita/bermain-sepakbola-dapat-meningkatkan-resiko-stroke-pada-remaja
Ingatkah anda pada kasus kematian artis muda setelah berolahraga futsal yang terjadi pada tahun kemarin ini? Sebuah penelitian kecil dari sekolah kedokteran Indiana University di Indianapolis menganalisa tiga kasus stroke pada pemain sepakbola remaja dan mencari kemungkinan faktor resiko nya. Studi ini menemukan bahwa faktor-faktor tersebut antara lain meningkatnya hiperventilasi (pernafasan yang sangat cepat), cedera otak berulang, penggunaan steroid anabolik, minum minuman berenergi yang mengandung kafein tinggi, dan obesitas. Menurut Dr. Jared Brosch dan Dr. Meredith Golomb, obesitas bisa dikatakan merupakan resiko dua kali lipat, karena meningkatkan resiko untuk bertabrakan dengan pemain lain dan juga meningkatkan resiko untuk mempunyai faktor resiko stroke lainnya, yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi. Populasi anak-anak di Amerika Serikat yang gemar bermain sepak bola kebanyakan dimulai sejak usia 5 tahun. Hal ini berpotensial untuk terjadi cedera otak berulang selama puluh tahunan. Ditambah lagi populasi anak-anak yang gemar bermain sepak bola cenderung mengalami peningkatan indeks masa tubuh. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dampak dari trauma besar berulang terhadap sistem saraf pusat anak-anak yang belum berkembang sempurna. Sumber: MedicineNet

Jawaban TanyaDok.com di : http://www.tanyadok.com/berita/bermain-sepakbola-dapat-meningkatkan-resiko-stroke-pada-remaja

1 komentar:

Selamat datang di blog'saya selamat berkunjung